Minggu, 13 April 2014

Makalah Peran Perawat



BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan, yang diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar asuhan keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung  jawab       keperawatan (Hartianah.Z, 1997), dalam menjalankan asuhan keperawatan, Perawat selalu mengadakan hubungan dengan  pasien (Robert Priharjo,1995). Disisi lain peningkatan hubungan antara perawat dengan pasien dapat dilakukan melalui penerapan proses keperawatan (Nursalam,2001)
 Dasar hubungan perawat, dokter, dan pasien  merupakan mutual humanity  dan  pada hakekatnya hubungan yang saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan tindakan asuhan keperawatan .
Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada pasien, perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus memahami bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat seseorang (pasien) yang rentan untuk menyalahgunakan.
Dengan demikian  bagaimanapun hakekat hubungan tersebut adalah bersifat dinamis, dimana pada waktu tertentu hubungan tersebut dapat memperlihatkan karakteristik dari  salah satu atau semua pada jenis hubungan, dan perawat harus mengetahui bahwa pasien  yang berbeda  akan memperlihatkan reaksi- reaksi yang berbeda terhadap ancaman suatu penyakit yang telah dialami, dan dapat mengancam humanitas pasien.
Oleh sebab itu sebagai perawat professional, harus dapat mengidentifikasi komponen- konponen yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etik. Faktor- faktor tersebut adalah :  faktor agama, sosial, pendidikan, ekonomi, pekerjaan/ posisi pasien termasuk perawat, dokter dan hak-hak pasien, yang dapat mengakibatkan pasien perlu mendapat bantuan perawat dan dokter dalan ruang lingkup pelayanan kesehatan. Disamping harus menentukan bagaimana keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan dengan integritas pasien sebagai manusia yang holistic.



Rumusan masalah
1.        Apa saja permasalahan yang terjadi antara pasien dan perawat ?
2.        Apa saja permasalahan yang terjadi antara perawat dengan perawat ?
3.        Apa saja permasalahan yang terjadi antara perawat dengan dokter ?
4.        Apa saja permasalahan yang terjadi antara perawat dengan tempat kerja ?
5.        Bagaimana model teori deontology ?
6.        Bagaimana model teori teleology ?
7.        Bagaimana model pengambilan keputusan bioetis ?
Tujuan
1.      Untuk mengetahui masalah pasien dengan perwat.
2.      Untuk mengetahui masalah perawat dengan perwat.
3.      Untuk mengetahui masalah perawat dengan dokter.
4.      Untuk mengetahui masalah perawat dengan tempat kerja.
5.      Untuk mengetahui model teori deontology.
6.      Untuk mengetahui model teori teleology.
7.      Untuk mengetahui model pengambilan keputusan bioetis.



















BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Masalah pasien dengan perawat
Kondisi yang  dihadapi klien merupakan penentu peran perawat terhadap klien. Seorang klien dalam situasi tertentu mempunyai tujuan tertentu, begitu juga perawat dalam situasi tertentu memiliki tujuan tertentu.Hubungan perawat dengan klien mendasari nilai dan martabat manusia, pengembangan rasa terpercaya, pengukuran pemecahan masalah (problem solving) dan kolaborasi. Dalam hubungan ini perawat bias berperan sebagai konselor, sebagai pengganti orang tua, saudara kandung, teman sebagai pasien dalam mengungkapkan perasaan-perasaannya. Jadi dalam hal ini hubungan perawat dengan klien bersifat alamiah.Dalam interaksi antar perawat dan klien masing-masing memiliki kesepakan dan persetujuan dimana klien mempunyai peran dan hak, begitu juga perawat mempunyai peran dan hak sebagai perawat. Dalam setiap hubungan, perlu didahului dengan kontrak dan kesepakatan bersama, sehingga kesepakatan ini bias menjadi parameter dalam perawat memutuskan setiap tindakan etistik.

1.2 Masalah antara perawat dan perawat
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan criteria hasil yang diharapkan (Gordon,1994,dalam POTTER & PERRY, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memeperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di kemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar  sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, factor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al.,).
Dalam implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain:
1.      Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
2.      Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energy yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
3.      Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4.      Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan.
5.      Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannya.
6.      Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada klien.
Sedangkan dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan.
Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, antara lain:
1.      Independen implementations, adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL), membekan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan klien, melakukan dokumentasi, dll.
2.      Interdependen atau kolaborativ implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesame tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infuse, kateter urine, naso gastric tube (NGT),dll. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya dalm pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan tanggungjawab dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian, ketepatan carapemberian, ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien setelah pemberian merupakan tanggungjawab dan menjadi perhatian perawat.
3.      Dependent implementations, adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
Secara operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah:
1.      Pada tahap persiapan.
a.       Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri.
b.      Memahami rencana keperawatan secara baik.
c.       Menguasai keterampilan teknis keperawatan.
d.      Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.
e.       Mengetahui sumber daya yang diperlukan.
f.       Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan.
g.      Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan.
h.      Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul.
i.        Penampilan perawat harus meyakinkan.
2.      Pada penatalaksanaan
a.       Mengkomunikasikan atau menginformasikan kepada klien tentang keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat
b.      Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh perawat.
c.       Menerapkan pengetahuan intelektual, kemempuan hubungan antar manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
d.      Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energy klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privasi, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan.
3.      Pada tahap terminasi
a.       Terus memperhatikan respon klien terhadap tndakan keperawatan yang telah diberikan.
b.      Tinjau kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.
c.       Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan terminasi.
d.      Lakukan pendokumentasian

1.3 Masalah perawat dengan dokter
Pada saat sekarang di hadapkan pada paradigma baru dalam pemberian pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk berkolaborasi dengan dokter.Pada kenyataannya profesi keperawatan masih kurang berkembang dibandingkan dengan profesi yang berdampingan erat dan sejalan yaitu profesi kedokteran. Kerjasama dan kolaborasi dengan dokter perlu pengetahuan, kemauan, dan keterampilan, maupun sikap yang professional mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien, maupun dengan mitra kerjanya, sampai pada keterampilan dalam mengambil keputusan.
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang bermutu.Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan pada pasien.Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi.Salah satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antara petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan .
1.      Pada praktik kolaborasi mempunyai hubungan yaitu ada hubungan bermakna komunikasi dengan praktik kolaborasi. Dengan komunikasi yang baik dan menghargai profesi lain dalam pengambilan keputusan bersama (dalam kolaborasi) di kelompok maka akan tercipta suatu tim work yang baik sehingga komitmen dalam memberikan pelayanan yang komprehensif dapat tercipta.
2.      Tidak ada hubungan antara domain dengan  praktik kolaborasi dimana domain sangatlah bervariasi, baik pendapat dokter maupun perawat dan belum adanya standar domain bersama (dokter-perawat) yang baku di Indonesia.
3.      Komunikasi dan praktik kolaborasi hubungannya bermakna dengan dimoderasi oleh karakteristik demografi dan kebutuhan ekonomi individu.
4.      Hubungan domain dan praktik kolaborasi akan berhubungan sangat bermakna secara statistic setelah dimoderasi oleh karakteristik demografi dan kebutuhan ekonomi individu.
5.      Ada perbedaan yang bermakna kolaborasi diantara kelompok yang parah, sedang, dan mandiri. Praktik kolaborasi pada tahap berunding banyak dilakukan pada pasien yang ketergantungan sebagian (sedang) karena pada pasien ketergantungan penuh (parah) dokter hanya memberi pengarahan dan keputusan tanpa meminta pendapat perawat.
1.4 Masalahperawatdengan tempt kerja
Saatinimasihbanyakperawat yang lebihsukatinggaldanbekerjadikotabesarsehinggakeberadaanperawat di desaterpencil minim.Sementaraitudisisipengabdianperawatmasihharusmeningkatkanpelayanandanpengabdiannyadengankinerja yang professional.CaranyadenganselaluberupayameningkatkanjenjangpendidikannyaketingkatlebihtinggI

1.5  Deontologi
Dalam pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan Utilitarisme. Jika dalam Utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka dalam Deontologi benar-benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. ”Deontologi” ( Deontology ) berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu : deon yang artinya adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan.Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan.Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya.Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang  dihasil kanitubaik, karena dalam Teori Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
deontologi jatuh dalam domain teori moral yang membimbing dan menilai pilihan kita tentang apa yang harus kita lakukan (teori deontic), berbeda dengan (aretaic [kebajikan] teori) yang - fundamental, setidaknya - membimbing dan menilai apa jenis orang (dalam hal karakter) kita dan harus. Dan dalam domain tersebut, deontologists - orang yang berlangganan teori deontologi moralitas - berdiri dalam oposisi terhadap consequentialists.

Contoh :kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui ucapan dan perbuatan.

Pada rekening deontologis moralitas, agen tidak bisa membuat pilihan yang salah tertentu, bahkan jika dengan melakukan sehingga jumlah pilihan yang salah akan diminimalkan (karena agen lain akan dilarang untuk berkecimpung dalam pilihan yang salah yang serupa). Untuk deontologists, apa yang membuat pilihan yang tepat adalah sesuai dengan norma moral. Norma-norma tersebut harus ditaati oleh masing-masing hanya agen moral; seperti norma-keepings tidak dimaksimalkan oleh agen masing-masing.Dalam hal ini, untuk deontologists, Kanan memiliki prioritas di atas yang Baik.Jika suatu tindakan yang tidak sesuai dengan Hak, tidak dapat dilakukan, tidak peduli baik itu mungkin menghasilkan (termasuk bahkan Baik yang terdiri dari bertindak sesuai dengan Kanan).Fry, 1991. Deontologi ada 5 prinsip:
a)         Kemurahan hati
b)        Keadilan
c)         Otonomi
d)        Kejujuran
e)         Ketaatan

1.6 Teleologi

·         Menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi.
·         Menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987).
·         Dapat dibedakan menjadi:
1)   rute utilitarianisme, berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan tergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada manusia.
2)   Act utilitarianisme, tidak melibatkan aturan umum tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya dan ketidakbaikan sekecil-kecilnya.
  • teleologi – yunani, etos =akhir
  • teleology – utilitarianisme, yaitu dasar yang dihasilkan / konsekuensi yangterjadi.
  • Penekanan : pencapaian hasil akhir yang terjadi
  • Kelly,’87 : pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal. Dan ketidak baikan sekecil mungkin bagi manusia.
  • Teleology :rule utilitarianisme –manfaa / nilai suatu tindakan bergantung pada sejauhmana tindakan tersebut membawa Act utilitarianismebersifat terbatas.
  • Teleology :
Rule utilitarianisme : manfaat / nilai suatu tindakan bergantung pada sejauhmana tindakan tersebut memberikan kebaikan dan kebahagian kepada manusia.
Act utilitarianisme ; bersifat lebih terbatas. Tidak melibatkan aturan umum tetatpi berupaya dan mempertimbangkan terhadap sesuatu tindakan dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ke tidak baikan sekecil-kecilnya.Contoh ; bayi lahir cacat- lebih baik meninggal.
Teleologi berasal dari akar kata Yunani τέλος, telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud, dan λόγος, logos, perkataan.Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu.Istilah teleologi dikemukakan oleh Christian Wolff, seorang filsufJermanabad ke-18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan "kebijaksanaan" objektif di luar manusia.
Contoh
  1. Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit. Tindakan ini baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hokum tindakan ini melanggar hokum sehingga etika teleology lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bias sangat bergantung padasituasikhusustertentu.
  2. monopoli di PT. PLN terbentuksecaratidaklangsungdipengaruhiolehPasal 33 UUD 1945, dimanapengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaandanpemeliharaansumberdayaalamsertapengaturanhubungan hukumnyaadapada Negara untukkepentinganmayoritasmasyarakatdansebesar-besarnyakemakmuranrakyat. Maka PT. PLN dinilaietisbiladitinjaudariteorietikateleologi.

Suatu hal, proses atau tindakan teleologis ketika demi akhir, yaitu, telos atau menyebabkan akhir . Secara umum dapat dikatakan bahwa ada dua jenis penyebab akhir, yang dapat disebut finalitas intrinsik dan ekstrinsik finalitas.
Ø  Suatu hal atau tindakan memiliki finalitas ekstrinsik bila demi sesuatu yang eksternal pada dirinya sendiri.Misalnya, Aristoteles berpendapat bahwa hewan adalah untuk kepentingan manusia, hal yang eksternal bagi mereka.Manusia juga menunjukkan finalitas ekstrinsik ketika mereka mencari sesuatu yang luar dirinya (misalnya, kebahagiaan seorang anak). Jika hal eksternal tidak ada tindakan yang tidak akan menampilkan finalitas.
Ø  Suatu hal atau tindakan memiliki finalitas intrinsik bila demi sesuatu yang tidak eksternal untuk dirinya sendiri. Sebagai contoh, orang mungkin mencoba untuk menjadi bahagia hanya demi menjadi bahagia, dan bukan demi apa pun di luar itu.
Dalam ilmu pengetahuan modern penjelasan teleologis yang sengaja dihindari, karena apakah mereka benar atau salah diperdebatkan berada di luar kemampuan persepsi dan pemahaman manusia untuk menghakimi.Beberapa disiplin ilmu, terutama dalam biologi evolusi, masih cenderung menggunakan bahasa yang muncul teleologis ketika mereka menggambarkan kecenderungan alami terhadap kondisi akhir tertentu, tetapi argumen ini dapat selalu diulang di non-teleologis bentuk.

 Etika Teleologis
Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan dilakukan. Perbedaan besar nampak antara teleologi dengan deontologi.
Secara sederhana, hal ini dapat kita lihat dari perbedaan prinsip keduanya. Dalam deontologi, kita akan melihat sebuah prinsip benar dan salah. Namun, dalam teleologi bukan itu yang menjadi dasar, melainkan baik dan jahat.Ketika hukum memegang peranan penting dalam deontologi, bukan berarti teleologi mengacuhkannya.Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir.Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat.Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik. Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum. Hal ini membuktikan cara pandang teleologis tidak selamanya terpisah dari deontologis. Perbincangan "baik" dan "jahat" harus diimbangi dengan "benar" dan "salah".Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika "yang baik" itu dipersempit menjadi "yang baik bagi saya".


1.7 BIOETIKA KEPERAWATAN
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahtraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hariya.Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika.Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian.

Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia.Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional.(Doheny et all, 1982).

Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan.Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001)
Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo, 1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.

Kemajuan ilmu dan teknologi terutama dibidang biologi dan kedokteran telah menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi ( catalano, 1991). 
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001)

Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya.Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI atau IBI.
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal
Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek professional
Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional.Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman.Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan /kebidanan Pendekatan berdasarkan prinsip
Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip dalam etika biomedik antara lain; (1) Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi setiap orang: (2) Menghindarkan berbuat suatu kesalahan; (3) Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya; (4) Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak. Contoh; seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi bayinya yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati kehidupan bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan bayinya, tetapi dilain pihak masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang besar. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena tidak ada satu metoda pun yang mudah dan aman untuk menetapkan prinsip-prinsip mana yang lebih penting, bila terjadi konflik diantara kedua prinsip yang berlawanan.Umumnya, pendekatan berdasarkan prinsip dalam bioetik, hasilnya terkadang lebih membingungkan. Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan terhadap sesuatu yang penting dalam etika
Terutama kemajuan di bidang biologi dan kedokteran, telah menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi (cakalano, 1991). Kemajuan teknologi kesehatan saat ini telah meningkatkan kemampuan bidang kesehatan dalam mengatasi kesehatan dan memperpanjang usia. Jumlah golongan usia lanjut yang semakin banyak, keterbatasan tenaga perawat, biaya perawatan yang semakin mahal, dan keterbatasan sarana kesehatan, telah menimbulkan etika keperawatan bagi individu perawat.
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan dilema etik



1.Etik
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971)
2. Etik Keperawatan
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Prilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan.
3.    Kode Etik Keperawatan
Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip imum yang telah diterima oleh suatu profesi. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain, yang berfungsi untuk
• Memberikan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat, pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan profesi keperawatan.
• Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan
• Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan.
• Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan ( Kozier& Erb, 1989 )
4. Dilema Etik
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benara atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang salah.Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.




















BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Pada  dasaranya hubungan antara perawat dan pasien berdasarkan pada sifat alamiah perawat dan pasien. Dalam interaksi perawat dan pasien, peran yang dimiliki masing–masing membentuk suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien pempunyai peran dan hak sebagai pasien dan perawat dapat melaksanakan asuhan keparawatan mempunyai peran dan hak sebagai perawat.

       Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, maka setiap hubungan harus didahului dengan kontrak dan kesepakatan bersama, dimana pasien mempunyai peran sebagai pasien dan perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan.Kesepakatan ini menjadi parameter bagi perawat dalam menentukan setiap tindakan etis.

Saran- saran

            Untuk memulai memahami hubungan manusiawi dalam kontek profesional seseorang harus mengerti bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat seseorang yang rutin untuk menyalahgunakan.
            Oleh karena itu sebagai perawat harus dapat mengidentifikasi kerusakan fisiologis yang spesifik yang disebabkan oleh gejala-gejala penyakit atau kelainan lain, tetapi juga harus menemukan bagaimana keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan dengan integritas pasien sebagai manusia.

Dengan mengetahui bahwa pasien yang berbeda akan memperlihatkan reaksi- reaksi yang berbeda terhadap ancaman penyakit yang telah dialami dan dapat mengancam humanitas pasien, maka perawat harus melakukan pengidentifikasian respon-respon manusia terhadap ancaman-ancaman tersebut.






1 komentar:

  1. Mohegan Sun Pocono - The Official Hotel of the Eastern Band of
    The Official Hotel of the Eastern Band of Cherokee Indians 거제 출장안마 is located in the heart of 용인 출장샵 the 화성 출장샵 Great 포항 출장마사지 Smoky 김포 출장안마 Mountains of Western North Carolina,

    BalasHapus